REALITA.CO.ID || KLATEN – Stunting merupakan masalah kesehatan yang terjadi ketika anak mengalami pertumbuhan yang terhambat secara fisik dan kognitif akibat kekurangan gizi yang berkepanjangan, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun.
Peduli akan stunting, Bati Tuud Koramil 21 Juwiring Kodim 0723 Klaten Serma Dwi Paryono menghadiri Rembug Stunting di Aula Kantor Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. (19/4/2024)
Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala BAPPERIDA Kabupaten Klaten. Kepala DISOSP3KB Kabupaten Klaten, Camat Juwiring Nindyarini Budi Wardhani, S.Ip.,M.M, Kapolsek Juwiring AKP Sumardi, SH, Kepala Puskesmas Juwiring dr. Mariana Sukowati, Kades, Bidan Desa dan Kader Posyandu se Kecamatan Juwiring.
Dalam sambutannya, Camat Juwiring menyampaikan bahwa tujuan dari Rembug Stunting ini adalah untuk meningkatkan komitmen para pengambil kebijakan dalam percepatan penurunan stunting serta meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam melakukan perencanaan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi,
“Sosialisasi dan komunikasi interpersonal dan konsistensi dalam penanganan Stunting itu penting untuk mencapai Kecamatan Juwiring bebas dari stunting,” ungkap Nindyarini Budi Wardhani, S.Ip.,M.M.
Senada dengan Camat Juwiring, Bati Tuud Koramil 21/Juwiring menambahkan bahwa TNI AD khususnya Koramil 21/Juwiring akan selalu mendukung upaya penurunan Stunting dengan pelaksanaan program-program yang bekerjasama langsung dengan instansi terkait, aktif melaksanakan pendampingan kepada dinas lintas sektoral baik Puskesmas maupun PLKB.
“Dengan bekerjasama dan berkoordinasi dengan baik, harapannya angka stunting dapat terus berkurang. Selain itu kami mengajak warga agar senantiasa memelihara dan menjaga sanitasi lingkungan masyarakat agar mendapatkan lingkungan yang sehat,” ujar Serma Dwi Paryono.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Juwiring dr. Mariana Sukowati dalam paparannya menjelaskan bahwa stunting atau yang biasa disebut dengan kekerdilan adalah suatu kondisi tumbuh kembang anak yang terganggu akibat masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi anak yang buruk dalam jangka waktu yang cukup lama.
“Anak yang berusia di bawah lima tahun memiliki tubuh yang lebih pendek atau sangat pendek dari seusianya yang lain harus di cek kondisinya bisa melalui Puskesmas maupun Bidan Desa,” ungkap dr. Mariana Sukowati.
“Dengan adanya kegiatan ini para kader posyandu di tiap-tiap desa bisa menyampaikan ke para orang tua terutama ibu hamil dan ibu yang memiliki balita untuk memberikan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan menerapkan kehidupan bersih dan sehat demi mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,” pungkasnya. (Red)