Bangkalan, REALITA – Kasus dugaan diskriminasi oleh pihak Madrasah Diniyah Al-Ghozali Paterongan masih terus bergulir, hal ini lantaran pihak yayasan mempelintir seolah wali murid korban diskriminasi mempermasalahkan iuran sekolah.
Seperti komentar salah satu akun tiktok @M.H yang menegaskan bahwa wali murid memamg tak mau bayar.
“15 ebuh perbulan, ujian 30 ebuh wali muridnya rokok surya motor vario mas²an punya. Uang segitu emang gak mau bayar. Sedangkan gaji gurunya 80 se bulan. Duh tak ngakan taeh se aviral agin jiyah” tulisnya.
Faktanya, menurut pengakuan beberapa wali murid permasalahannya bukan terletak pada iuran yang ditetapkan oleh pihak sekolah, melainkan kebijakan yang merusak mental siswa itu sangat disayangkan.
“Kami sebagai wali murid tidak mempermasalahkan iuran yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah, namun kami sangat kecewa dengan kebijakan sekolah yang merusak mental dan mengakibatkan trauma berkepanjangan terhadap anak kami” ujar Tomin salah satu wali murid korban diskriminasi.
Minggu, 17/02/25
Wali murid yang berprofesi sebagai pengrajin pandai besi tersebut juga mengungkapkan kekecewaannya lantaran kebijakan tersebut datang dari sekolah Islam namun kebijakannya tidak Islami dan tidak manusiawi.
“Harusnya sekolah Islam itu mempunyai kebijakan yang mempertimbangkan pengaruh terhadap anak didiknya, bukan malah mengorbankan anak didiknya hanya demi mendapatkan uang iuran, itu kan tidak manusiawi” imbuh Tomin.
Terpisah, Asmuni salah satu wali murid yang mengaku anaknya mendapatkan perlakuan bullying di kelasnya lantaran tidak mampu membayar uang iuran sekolah, hal itu terjadi di depan gurunya namun dibiarkan.
“Suatu hari anak saya sekolah, lalu ditanya uang iuran oleh gurunya di dalam kelas, namun karena saya masih belum bisa melunasi uang iuran tersebut, lalu teman-teman kelasnya meneriaki anak saya “oreng misken” (orang miskin) berkali-kali di hadapan gurunya, namun sayangnya oleh guru yang berada di dalam kelas tersebut dibiarkan kata anak saya.” Jelas Asmuni.
eMHa (red)