Sidoarjo, REALITA – Bercocok tanam padi dilahan sawah seluas hampir 1 hektar, dengan teknik metode jejer legowo. Seperti yang dilakukan Mukhlas Ferdiansyah, salah satu petani warga Desa Semambung, Kecamatan Jabon bukanlah hal mudah. Selain membutuhkan waktu bertujuan untuk ketahanan pangan, meningkatkan hasil panen. Serta mengurangi serangan hama pada tanaman padi, Selasa (15/07/2025) pagi.
Dilokasi, Mukhlas Ferdiansyah menceritakan bahwa proses tanam padi dengan teknik jejer legowo. Menggunakan ukuran 21 centimeter, 25 centimeter dan legowonya 40 centimeter. Sedangkan jalan kebelakang (mundur) antara tanaman padi dengan lainya berjarak kurang lebih 12,5 sampai 15 centimeter. ” Disni saya kerap berteriak-teriak untuk meningatkan para penanaman, agar tidak lupa dan tetap pada ukuran yang sudah ditentukan, ” ujarnya.
Tata cara seperti ini, dengan harapan dapat menumbuhkan kwalitas padi yang baik dan bagus. Sekaligus bibit bagus, memperbanyak peningkatan hasil tanaman padi. Tidak hanya itu, petani di Desa Semambung bisa menjadi petani yang milineal. Untuk menuju peningkatan ketahanan pangan, khususnya secara nasional mengikuti apa yang diinstruksikan oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, katanya Mukhlas Ferdiansyah.
Masih kata Mukhlas Ferdiansyah,
maksud dan tujuan pola tanam jejer legowo ini. Tak lain mengurangi hama sehingga bibit atau anakan padi tetap terjaga, bertumbuh sehat, dan bertumbuh subur. ” dimungkinkan konsep tersebut hama jenis wereng, tikus maupun penyakit lainya pada tanaman padi akan tidak suka hinggap (bersarang). Sebab dititik-titik tanaman dengan ukuran, terdapat ada rongga-rongga ruang udara, ” tambahnya.
” padi bisa bernas, tumbuh subur, gemuk, dan lebih banyak peningkatannya. Menanggapi terkait pupuk metode seperti ini, direkomendasikan penggunaannya akan berkurang. Selain itu juga perawatannya lebih mudah, dan praktis. Dari awal dari penyiangan, pemupukan, perawatan, keseluruhannya lebih ringan, ” jelasnya.
Berharap mudah-mudahan dengan lahan sawah luasnya 7500 meterpersegi, menuai hasil panen yang berlimpah ruah. Sedangkan pasokan air, untuk saat ini tetap normal. Metode ini dikeringkan dulu sampai tanaman pulih, atau tidak sakit dulu bibitnya. Ketika di saat membutuhkan air, dapat menggunakan aliran dari mesin pompa diesel yang berada diselatan, ungkapnya.
Sekarang masih tahap pengeringan sebab sebelumnya area lahan sawah ini, terdampak genangan air (banjir) selama 6 sampai 7 bulan. ” intinya kami belajar, belajar, dan tetap belajar tata cara tanam kering. Sebaliknya, karena tanaman padi bukan tanaman basah melainkan tanaman kering bersifat butuh kering, butuh air bersikulasi atau transpalansi (perputaran), ” tandasnya.
AHP/Sam*
Editor/Sam*